15 Muharram 1432 H
~~Selamat bertambah angka USIA diriku.. sudah dua puluh tahun berlalu..
15 Muharram 1412 H..
Semoga dirimu menjadi sosok pribadi muslimah yg kukuh di jalan dakwah!
Juga menjadi seorang anak dan bakal isteri yang taat.. selayaknya dengan nama yang telah ibu dan ayah berikan padamu.. MUTI'AH.. yang taat..
terima kasih buat ayah dan ibu yang telah membesarkanku tumbuh dengan kasih sayang yg tidak ada tolak bandingnya..
terima kasih juga atas kesabaran kalian berdua akan kerenah anakmu ini..
20tahun telah berlalu.. kenangan pasti menjadi saksi akan berjuta tawa dan tangisan yg telah kami persembahkan bersama2 dalam meneroka ranjau dunia penuh liku ini..
ibu dan ayah, terima kasih kerana memberi nama yg sentiasa menjadi doa.. moga anakmu ini sentiasa menjadi hamba yang taat kepada Sang Pemberi Kurnia..
Kisah Siti Muthi'ah :
"FATIMAH anakku, maukah engkau menjadi seorang perempuan yang baik budi dan istri yang dicintai suami?" tanya sang ayah yang tak lain adalah Nabi SAW. "Tentu saja, wahai ayahku"
"Tidak jauh dari rumah ini berdiam seorang perempuan yang sangat baik budi pekertinya. Namanya Siti Muthi'ah. Temuilah dia, teladani budi pekertinya yang baik itu".
Gerangan amal apakah yang dilakukan Siti Muthi'ah sehingga Rasulpun memujinya sebagai perempuan teladan? Maka bergegaslah Fatimah menuju rumah Muthi'ah dengan mengajak serta Hasan, putra Fatimah yang masih kecil itu.
Begitu gembira Muthi'ah mengetahui tamunya adalah putri Nabi besar itu. "Sungguh, bahagia sekali aku menyambut kedatanganmu ini, Fatimah. Namun maafkanlah aku sahabatku, suamiku telah beramanat, aku tidak boleh menerima tamu lelaki dirumah ini."
"Ini Hasan putraku sendiri, ia kan masih anak-anak." kata Fatimah sambil tersenyum.
"Namun sekali lagi maafkanlah aku, aku tak ingin mengecewakan suamiku, Fatimah."
Fatimah mulai merasakan keutamaan Siti Muthi'ah. Ia semakin kagum dan berhasrat menyelami lebih dalam akhlak wanita ini. Lalu diantarlah Hasan pulang dan bergegaslah Fatimah kembali ke Muthi'ah.
Khasiat Tiga Benda 'Keramat'
"Aku jadi berdebar-debar," sambut Siti Muthi'ah, gerangan apakah yang membuatmu begitu ingin kerumahku, wahai putri Nabi?"
"Memang benarlah, Muthi'ah. Ada berita gembira buatmu dan ayahku sendirilah yang menyuruhku kesini. Ayahku mengatakan bahwa engkau adalah wanita berbudi sangat baik, karena itulah aku kesini untuk meneladanimu, Wahai Muthi'ah."
Muthi'ah gembira mendengar ucapan Fatimah, namun Muthi'ah masih ragu. "Engkau bercanda sahabatku? aku ini wanita biasa yang tidak punya keistimewaan apapun seperti yang engkau lihat sendiri."
"Aku tidak berbohong wahai Muthi'ah, karenanya ceritakan kepadaku agar aku bisa meneladaninya." Siti Muthi'ah terdiam, hening. Lalu tanpa sengaja Fatimah melihat sehelai handuk kecil, kipas dan sebilah rotan di ruangan kecil itu.
"Buat apa ketiga benda ini Muthi'ah" Siti Muthi'ah tersenyam malu. Namun setelah didesah iapun bercerita. "Engkau tahu Fatimah, suamiku seorang pekerja keras memeras keringat dari hari ke hari. Aku sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu kulihat ia pulang kerja, cepat-cepat kusambut kedatangannya. Kubuka bajunya, kulap tubuhnya dengan handuk kecil ini hingga kering keringatnya. Iapun berbaring ditempat tidur melepas lelah, lalu aku kipasi beliau hingga lelahnya hilang atau tertidur pulas"
"Sungguh luar biasa pekertimu, Muthi'ah. Lalu untuk apa rotan ini?"
Kemudian aku berpakaian semenarik mungkin untuknya. Setelah ia bangun dan mandi, kusiapkan pula makan dan minum untuknya. Setelah semua selesai, aku berkata kepadanya: "Oh, kakanda. Bilamana pelayananku sebagai istri dan masakanku tidak berkenan dihatimu, aku ikhlas menerima hukuman. Pukullah badanku dengan rotan ini dan sebutlah kesalahanku agar tidak kuulangi"
"Seringkah engkau dipukul olehnya, wahai Muthi'ah?" tanya Fatimah berdebar-debar.
"Tidak pernah, Fatimah. Bukan rotan yang diambilnya, justru akulah yang ditarik dan didekapnya penuh kemesraan. Itulah kebahagiaan kami sehari-hari"
"Jika demikian, sungguh luar biasa, wahai Muthi'ah. Sungguh luar biasa! Benarlah kata ayahku, engkau perempuan berbudi baik." kata Fatimah terkagum-kagum.
~~Mampukah aku menjadi Siti Muthi'ah di abad ini???.. Wuallahualam..
Princess Mos (Muti'ah binti Mos Sahid), 27791
i.Allah....ya Rabb permudahkanlah urusan hambaMu si penulis blog ini. ^_^
ReplyDeleteameen.. (^__^)
ReplyDeletesemoga menjadi srikandi solehah yg bisa menegakkan agamaNya..menjadi hamba yg diredhai..insyaAllah
ReplyDeleteselamat ulang tahun:)